Tuesday, December 10, 2013

KREATIFITAS KOLASE

Ada ungkapan yang dijadikan acuan bagi orang yang banyak akal atau kecerdasan emosionalnya tinggi, yaitu ungkapan "Banyak jalan menuju Roma". Simple saja, sesungguhnya kita mampu berbuat banyak hal dengan berbagai cara. Hanya saja kita sering merasa terbentur dengan sebuah sarana, misalnya ketika ingin membuka usaha merasa terbentur masalah pendanaan.
Berangkat dari hal-hal seperti itulah kemudian, RA Muslimat NU 016 Mayak Tonatan Ponorogo menyusun kurikulum sekolah secara sistematik yang diharapkan mampu menumbuhkembangkan kreatifitas anak dalam menghadapi permasalahan hidup secara sederhana. Salah satu metodenya adalah menggambar dengan teknik kolase. Karakter yang diharapkan muncul adalah tumbuhnya kreatifitas anak, pada saat dia harus membuat gambar, namun tidak tersedia cat air maupun alat pewarna lainnya. Yang disediakan hanya kertas warna saja. Maka kemudian guru mengarahkan anak agar merobek kecil-kecil kertas warnanya dan menempelkannya menjadi sebuah gambar.
Kali ini, anak-anak diberi tugas membuat gambar pohon dengan teknik kolase. Pada proses pembelajaran ini, banyak aspek pengembangan yang dimunculkan. Mulai dari Motorik-nya (merobek kertas), Kognitifnya (mengeluarkan ide bentuk pohon) dan lain sebagainya.
Meski belepotan lem kertas, namun mereka tampak bangga dengan hasil karya yang menakjubkan tersebut. Ternyata, untuk membuat gambar bagus pun, bisa dilakukan tanpa cat air maupun alat pewarna lain.


BERKEBUN


Salah satu tema Pembelajaran dalam Kurikulum Sekolah di RA Muslimat NU 016 Mayak Tonatan Ponorogo adalah AL-HAFIDZU yang kemudian dijabarkan lagi dalam sub tema Tanaman. Berkenaan dengan hal ini, proses pembelajaran berlangsung dengan topik bahasan seputar tanaman. Dengan sumber belajar majalah maupun LKS buatan guru, anak-anak diperkenalkan pada gambar, tulisan maupun hal-hal yang berkaitan dengan tanaman.
Lebih dari itu, untuk memaksimalkan pengetahuan yang dapat dicerna oleh anak, maka perlu dilaksanakan pembelajaran yang berkaitan langsung dengan dunia nyata. Program pembelajaran dibuat dengan metode observasi lapangan sekaligus praktek langsung menanam.
Anak-anak diajak pergi ke sawah dan melaksanakan proses menanam jagung. Mereka diberi penjelasan tentang model tanah yang dibuat gundukan. Di situ kemudian dibuat lubang yang ditanami biji jagung. Setelah semua anak menanamkan biji jagungnya, barulah ditimbun dengan pasir. Anak-anak tampak antusias dan bergembira, meski kaki dan bajunya terkena kotoran tanah.